Definisi dan Konseptualisasi Komunikasi


Istilah komunikasi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap makhluk hidup senantiasa berkomunikasi dengan tujuan tertentu dan dengan cara yang berbeda-beda. Kita tentunya sering melihat hewan dan manusia seolah-oleh dapat berinteraksi satu sama lain pada sebuah acara pertunjukkan di kebun binatang atau sirkus.  Namun pada dasarnya komunikasi hewan bersifat refleks terhadap stimulus atau rangsangan yang diberikan. Misalnya seekor lumba-lumba menuruti perintah dari pawangnya untuk melompat, hal tersebut dapat terjadi dengan proses latihan yang tidak sebentar dengan cara diberikan stimulus berupa makanan. Contoh lain seekor anjing yang menggonggong kemudian diikuti dengan gonggongan anjing lainnya karena menanggapi stimulus berupa gonggongan anjing pertama. Namun, pada pembahasan kali ini hanya terfokus pada komunikasi pada manusia.
Istilah kata komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti “sama”, communicocommunication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (Mulyana, 2013: 46). Artinya komunikasi memberikan kesamaan pemahaman antara sesama individu. Saat ini banyak terdapat definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli. Dance dalam Mulyana (2013: 60) menemukan tiga dimensi yang mendasari definisi-definisi komunikasi sebagai berikut: 1) tingkat observasi (level of observation) atau derajat keabstrakan; 2) kesengajaan (intentionality); 3) penilaian normatif. Definisi komunikasi terkadang didefinisikan terlalu luas atau umum misalnya yang dicontohkan dalam Mulyana (2013: 60) komunikasi didefinisikan sebagai proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan. Sedangkan definisi komunikasi yang terlalu sempit yaitu sebagai alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya (Mulyana, 2013: 60). Kedua contoh di atas menunjukkan definisi komunikasi berdasarkan tingkat observasi. Gerald R. Miller (Mulyana, 2013: 60-61) mendefinisikan komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Definisi tersebut menggambarkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan secara sengaja dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Definisi lain menggambarkan komunikasi sebagai proses yang tidak disengaja seperti yang dikemukakan oleh Alex Gode (Mulyana, 2013: 61) yaitu suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atal lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang. Artinya komunikasi merupakan dampak dari adanya pembicaraan satu orang atau sekelompok orang. Dilihat dari penilaian normatif dalam arti menggambarkan keberhasilan, terdapat definisi yang mengharuskan komunikasi untuk berhasil dan tidak harus berhasil. Sebagai contoh definisi komunikasi menurut John B. Hoben (Mulyana, 2013: 61) yaitu pertukaran verbal pikiran atau gagasan. Artinya menurut definisi tersebut komunikasi terjadi jika terjadi pertukaran pikiran atau gagasan, jika tidak berarti tidak terjadi komunikasi. Definisi lain menurut Bernard Berelson dan Gary Steiner (Mulyana, 2013: 62) komunikasi adalah transmisi informasi. Artinya dalam komunikasi menurut definisi tersebut tidak harus sebuah informasi yang ditransmisikan berhasil diterima oleh penerima.
Berikut merupakan beberapa definisi komunikasi lain menurut para ahli:
  1. Komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih (Tubbs dan Moss dalam Mulyana (2013: 65)
  2. Komunikasi sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (Gudykunst dan Kim dalam Mulyana (2013: 65)
  3. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate) (Carl I. Hovland dalam Mulyana, 2013: 68)
  4. Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima (Theodore M. Newcomb dalam Mulyana, 2013: 68)
  5. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Everett M. Rogers dalam Mulyana, 2013: 69)
  6. Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud komunikator (Raymond S. Ross dalam Mulyana, 2013: 69)
  7. Komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak (Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante dalam Mulyana, 2013: 69)
  8. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy 2013: 10, berdasarkan paradigma Lasswell)
Definisi tentang komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dipahami ke dalam tiga kerangka pemahaman sebagaimana dikemukakan John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken dalam Mulyana (2013: 67) sebagai berikut:
  1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah
Pada dasarnya proses komunikasi cenderung dua arah, namun dari berbagai definisi yang telah dikemukakan proses komunikasi hanya berlangsung satu arah yaitu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi satu arah tidak berlaku pada komunikasi tatap muka, namun lebih tepat pada komunikasi publik seperti pidato, khotbah jumat dan lainya.
  1. Komunikasi sebagai interaksi
Konsep komunikasi sebagai interaksi lebih dinamis dibandingkan konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah, hal itu karena adanya umpan balik (feed back) dalam proses komunikasi. Dalam konsep ini, tidak dapat dibedakan antara komunikator dan komunikan karena masing-masing individu saling mempengaruhi perilaku satu sama lain, dengan kata lain dalam konsep komunikasi ini terjadi proses sebab-akibat atau aksi-reaksi.
  1. Komunikasi sebagai transaksi
Pada dasarnya setiap individu yang berkomunikasi tidak hanya menafsirkan pesan berupa verbal (kata-kata) namun juga berupa pesan non verbal (isyarat tubuh). Pada konsep ini komunikasi tidak terbatas pada komunikasi yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Menurut Mulyana (2013: 75) dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung apabila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun non verbal.
Referensi
Effendy, Onong U. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Dilarang mengiklan di kolom komentar
Gunakan format www[dot]weblog[dot]com untuk menunjukkan link blog
dan gunakan format email[at]gmail[dot]com untuk menunjukkan email
ConversionConversion EmoticonEmoticon

Konversi &
Konversi '
Konversi "
Konversi <
Konversi >